Senin, 06 Juni 2011

GENERAL EDUCATION

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ISBD
Yang di ampu oleh Ana Maulana M.pd





A. Pengertian General Education

General education menurut R.O Hand dan D.Biona adalah proses membina manusia seutuhnya, yaitu manusia yang seimbang pengetahuan, kemampuan berfikir, perasaan, kesadaran keterampilanya, manusia yang sehat rohani(mental) dan jasmaninya, manusia yang mampu menyerasikan diri dengan masyarakat, memahmi orang lain dengan baik, responsif terhadap kebutuhan orang lain sebagai mitra yang baik, manusia yang mampu mengatur/menyerasikan pribadi, memahami diri sendiri, tenang dan wajar dalam mengatasi situasi yang nyata. Sedangkan menurut Wolfgang Klafki General Education merupakan pengembangan daya kemampuan mnnusia, pendidikan komprehensif untuk meningkatkan kemampuan intelektual-rasional (kognitif ), emosional yang penuh kesadaran (afektif) dan keterampilan dalam arti yang seluas-luasnya (kognitif -afektif dan psikomotor) dan berlaku untuk semua orang secara umum.
Secara istilah liberal arts berarti kajian yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan umum dan kemampuan intelektual lebih baik daripada jabatan khusus, ilmiah, atau kemampuan artistik. Kata liberal dalam liberal arts berasal dari bahasa latin liberealis, berate tepat bagi orang bebas, dan kata ini berlawanan dengan makna servile arts. Liberal arts menunjukkan jenis-jenis kemampuan dan pengetahuan umum yang dibutuhkan oleh masyarakat elit.
Dalam sejarah pendidikan, 7 liberal art terdiri dari dua kelompok studi, yaitu trivium dan quadrivium. Studi-studi dalam trivium melibatkan grammar, dialektik (logika) dan
retorik; sedangkan studi-studi dalam quadrivium melibatkan aritmetika, musik, geometri dan astronomi.Pendidikan Liberal arts mampu membantu siswa dalam mengembangkan
pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif. Juga dapat meningkatkan kemempuan kita.
Sedangkan menurut T.R McConne dan Harold H. T itus bahwa Liberal Education merupakan pendidikan yang perhatiannya kepada sejumlah mata pelajaran (subjec matter oriented), yang organisasi kurikulumnya terarah pada pengembangan logika mengikuti garis sistematika bidang-bidang pengetahuan yang tertuju pada pengembangan intelektual.
Sasaran yang hendak dituju dalam nm Liberal Education adalah:
1) memberikan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik yang meliputi liberal arts, filsafat, bahasa, matematika, dan pengetahuan alam,
2) membekali peserta didik dengan latar belakang budaya yang luas yang memberikan
peluang kepada manusia memiliki wawasan yang memadai tentang dunia kehidupannya.
3) mengembangkan peserta didik menjadi manusia merdeka, terbebas dari keterbeleng
guan sehingga mampu mengambil keputusaan yang adil, arif, dan bijaksann
(Sumaatmadja; 2002:105) General Education adalah Pendidikan yang berkenaan dengan pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidupnya. Bisa juga disebut program pendidikan yang membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa dan mahasiswa.
Pendidikan Umum:
Merupakan pendidikan yang komprehensif, yaitu mendidik kepala, hati dan tangan
(sasaran yang disentuh : rasio, rasa dan tingkah laku)

B. Latar Belakang Lahirnya General Education
Reaksi terhadap kecenderungan masyarakat modern yang mendewakan produk teknologi dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai akibat dari produk sistem pendidikan modern yang sekular, yaitu pendidikan yang mementingkan pengembangan spesialisasi, sementara pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal nyaris terabaikan.
1. Di luar negri (khususnya di Amerika)
Laporan lima puluh tahunan dari Nation Society for the study of education tahun 1958, program studi general education di Amerika, dilatarbelakangi oleh empat hal, yaitu :
1. Sebagai reaksi masyarakat terhadap spesialisasi keilmuan yang berlebihan, dimana para spesialis telah mendewakan hasil-hasil temuannya yang menakjubkan, sementara mereka lupa pada nilai-nilai esensial kemanusiaannya.
2. Sebagai reaksi terhadap kepincangan penguasaan minat-minat khusus dengan perolehan peradaban yang lebih luas
3. Sebagai reaksi terhadap pengkotak-kotakan kurikulum dan pecahnya pengalaman belajar siswa
4. Sebagai reaksi terhadap formalism dalam pendidikan liberal.
Pada abad 20 di Amerika dan Eropa, hasil analisis mereka berkesimpulan bahwa sistem pendidikan modern telah menghasilkan para saintis dan teknokrat yang handal tapi tidak melahirkan para lulusan yang memiliki integritas kepribadian yang matang.
Padahal menurut Philip H. Phenix (1964:6), enam pola makna esensial bagi segenap mahasiswa :
1. Makna symbolycs, yaitu kemampuan berbahasa dan berhitung
2. Makna empirics, yaitu kemampuan untuk memaknai benda-benda melalui proses penjelajahan dan penyelidikan empiris
3. Makna esthetics, yaitu kemampuan memaknai keindahan seni dan fenomena alam
4. Makna ethics, yaitu kemampuan memaknai baik dan buruk
5. Makna synoetics, yakni kemampuan berfikir logis, rasional sehingga dapat memaknai benar dan salah
6. Makna synoptic, yaitu kemampuan untuk beragama atau berfilsafat
Keenam pola makna di atas dikemas dalam bentuk General Education (pendidikan umum). Philip H. Phenix juga merumuskan Tujuan Pendidikan Umum itu, yaitu:
A complete person should be skilled in the use of speech, symbol and gesture, factually well informed, capale of creating and apresiating object of esthetic significance, endowed with a rich and disciplined life in relation to self and others, able to make wise decision and to judge between right and wrong and possed of an integral out look. Yang artinya manusia yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, symbol, isyarat, dapat menerima informasi factual, dapat melakukan dan mengapresiasikan objek-objek seni, memiliki kemampuan dan disiplin hidup dalam hubungan dengan dirinya maupun orang lain, cakap dalam mengambil keputusan yang bijaksana, dapat mempertimbangkan antara yang benar dan yang salah serta memiliki pandangan yang integral.
2. Di Indonesia











Global Impact



Dalam global imfact ini, masyarakat harus memiliki filter dari semua pengaruh faktor-faktor di atas. Gambar lingkaran pada masyarakat menunjukan filter terhadap pengaruh faktor-faktor itu.
Filter dalam masyarakat dapat berupa:
1. Landasan Rohani bangsa
2. Landasan filsafat (pancasila)
3. Landasan histories (sebagai pengingat).
General Education / Pendidikan Umum yang ada di Amerika telah dikolaborasi oleh para ahli pendidikan di Indonesia menjadi studi/mata kuliah yang dulu disebut MKDU. MKDU di bagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian yang meliputi : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidkan Kewiraaan Nasional). Ada 3 misi utama MPK: 1) Transfer of Knowledge, 2) Transfer of Culture, dan 3) Transfer of Value
2. MBB (Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat yang meliputi mata kuliah ISD, IBD dan IAD) dan IBD dan ISD melebur menjadi mata kuliah ISBD.
Kelompok bahan kajian dan pelajaran ini untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (agama, ISBD, Pancasila)
Kelemahan hasil pendidikan modern, yaitu: telah menghasilkan saintis dan teknokrat yang handal tetapi tidak memiliki integritas kepribadian  yang matang.



Sistem pendidikan sekuler, ditandai oleh penajaman kajian keilmuan atau spesialisasi yang berlebihan. Pelaksanaan sistem pendidikan cenderung hanya memahami manusia pada aspek tertentu saja, aspek-aspek yang lainnya diabaikan, yang hasilnya berpengaruh pada pola pikir, pola sikap, pola hidup dan perilaku.

C. Hakekat Pendidikan Umum
Dalam sejarah perkembangan pendidikan di Erapa Barat dan Amerika Serikat, Pendidikan Umum (general education) muncul kemudian setelah Pendidikan Liberal (liberal education). Pendidikan Umum pada awalnya diperuntukkan sebagai ‘counter’ terhadap spesialisasi ilmu pengetahuan yang berlebihan. Pendidikan Liberal lebih terkait pada pemenuhan mata pelajaran (content centered) sebagai warisan budaya aristokratis sedangkan Pendidikan Umum lebih terkait dengan pribadi siswa (student centered).
Perbedaan sudut pandang penggagas teori Pendidikan Umum telah mengakibatkan perbedaan tekanan dalam mendefinisikan Pendidikan Umum tersebut. Dimensi-dimensi yang membedakannya adalah : dimensi program, dimensi proses, dimensi produk dan dimensi fase (Mulyana, 2002:3).
(1). Definisi berdasarkan dimensi program diajukan oleh Alberty & Alberty yang menyatakan : ‘general education is that part of the program which is required of all students at a given level’. (2). Definisi berdasarkan proses dikemukakan oleh Brameld : ‘general education means an integrated and organized understanding of great areas of life and reality’; Cohen :’ general education is the process of developng a framework on which to place knowledge stemming from various sources’; Phenix: ‘general education is the process of engineering essential meanings’ dan Team : ‘a process whereby lifelong learners grow and fulfill that potential’.(3). Definisi berdasarkan produk diajukan McConnell : ‘general education prepares the student for a full and satisfying life as a member of family, as a worker, as a citizen and integrated and purposefull human being’; IDE : ‘general education prepares a student to take a responsible place in society and to appreciate his/her own work in the context of society needs’; Draper : ‘general education is that education that everyone must have for satisfactory and efficient living, regardless of what one plans to make his life work’ . (4) Definisi berdasarkan fase ditemukan dalam Dictionary of Education yang merumuskannya sebagai : ‘the phases of learning which should be the common experience of all men and women’.
Pendidikan sebagai suatu jenis aktifitas manusia tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapainya. Teori-teori pendidikan klasik yang dipengaruhi oleh konsep pemikiran mengenai eksistensi manusia dari Plato dan Aristoteles menunjukkan pentingnya proses ‘memanusiakan manusia’. Mulyana (2002: 5) menjelaskan bahwa dalam perkembangannya kemudian menjadi teori-teori baru yang menekankan tujuan kedewasaan dan kemandirian (Langeveld), totalitas kepribadian (Tolman), pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Encyclopedia Americana), hati nurani (Kohnstamm & Gunning). Demikian juga halnya dengan pendidikan umum, memiliki tujuan yang hendak dicapainya.
Beberapa tujuan pendidikan umum yang dikumpulkan Mulyana (2002:7) : (1) pembelajaran makna-makna yang esensial (Phenix); (2) mempersiapkan warga negara yang utuh (Connell dan Daper); (3) pengembangan keseluruhan kepribadian dalam kaitan dengan masyarakatnya (Mansoer); (4) mengembangkan intelegensi kritis yang dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, mengembangkan dan meningkatkan karakter moral, mengembangkan dan meningkatkan kewarganegaraan, menciptakan kesatuan intelektual dan keharmonisan pemikiran (Henry); (5) memberi kemampuan untuk memiliki dan mengetahui informasi yang diperlukan untuk membangun pendapat-pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan dan hubungan mereka dengan dunia sekitar; membantu dalam pengembangan intelektual, ketrampilan praktis, dan sensitivitas emosional dan estetik yang dapat mempersiapkan mereka untuk berpikir, bertindak dan merasa dalam dunia yang senantiasa berubah; membantu siswa memahami nilai-nilai yang terdapat dalam budaya dan membantu mereka agar peduli terhadap nilai dan keyakinan dari tradisi dan budaya setempat (UCA).
orang lain (social adjustment), dan memahami diri sendiri (personal adjustment). Selanjutnya Sumaatmadja mengutip Klafki yang berpendapat bahwa pendidikan umum bertujuan untuk mengembangkan daya kemampuan manusia (the development of human power), dan memadukan kemampuan intelektual-rasional (kognitif), emosional/ efektif dan keterampilan psikomotorik (the comprehensive education of man, the education of head, heart and hand).
• Kepribadian yang Utuh
Phenix (1964:5-8), berpandangan bahwa pendidikan umum sebagai suatu proses pendidikan yang membina makna esensial yang ada pada diri manusia “General education is the process of enggineering essential meaning…To lead to fulfillment of human life throught the enlargement and deeping of meaning”. Manusia yang utuh menurutnya adalah yang memenuhi syarat trampil berbicara, mampu mengkomunikasikan lambang dengan baik, kreatif dan estetis, memiliki kekayaan hubungan antar manusia, cerdas dalam membuat keputusan serta memiliki wawasan yang integral. Selanjutnya Phenix (1964: 8) mengungkapkan :
“ A complete person should be skill in use of speech, symbol and gesture,factually well informed, capable of creating and apretiating objects of aesthetic significance, endowed with rich and diciplined life in relation to self and others, able to make wise decisions and to judge between right and wrong, and possesed of an integral outlook.”
Wawasan integral diperlukan mengingat pendidikan umum ingin memahami manusia secara menyeluruh dan utuh. Sayangnya orang memandang manusia secara parsial dengan latar belakang cara berfikirnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan kemampuan memahami manusia sebagai a rational animal yang utuh, dengan cara memahami makna.
Makna (meaning) bagi Phenix, maksudnya adalah ungkapan pengertian akal atau pikiran secara luas. Sehingga terdapat bermacam-macam makna atau arti, pada persepsi, pada pemikiran logis, pada kreasi seni, pada kesadaran diri, pada keputusan yang berguna, pada pertimbangan moral, pada kesadaran terhadap waktu dan pada aktifitas ibadah. Semua fungsi yang penting ini merupakan dunia makna, yang menjadi hakikat kehidupan manusia. Jawaban filosofis terhadap hakikat manusia dengan demikian adalah bahwa manusia adalah makhluk yang menemukan, menciptakan dan memperhatikan makna.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar